Senin, 21 Januari 2008

Tahun Baru Islam

TIDAK terasa tahun baru 1429 H akan segera tiba. Pergantian waktu setahun menunjukan bahwa umur kita bertambah satu, tetapi kesempatan hidup kita di dunia berkurang pula satu tahun. Waktu laksana air yang mengalir ke hilir yang takkan pernah kembali ke hulu. Kadang ia membangkitkan semangat, namun kadang membuat orang terlena dan tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya.
Pergantian tahun kali ini begitu berdekatan dengan pergantian tahun baru masehi, dan tahun baru imlek, dan tahun baru 1429 H. Memasuki tahun baru Hijriah, orang mestinya merenungi juga peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya penamaan tahun qomariah yaitu hijrahnya Nabi Muhammad Saw. Bukan pergantian tahun baru atau kronologisnya yang dibicarakan atau diperingati, melainkan harus ditekankan pada hakikat hijrah itu sendiri berikut pengaruhnya pada kehidupan umat Islam.

Permulaan Tahun Hijriyah
Sebuah dokumen penting telah disampaikan kepada Khalifah Umar bin Khattab dengan memakai tanggalnya hanyalah bulan Syakban semata, sehingga Khalifah Umar sampai-sampai mengatakan : ‘’ Syakban mana? Syakban yang sedang kita hadapi inikah, atau yang akan datang, atau yang sudah lampau?’’
Dalam menelusuri sejarah penetapan tahun hijriyah itu dikabarkan, bahwa Abu Musa Al-Asyari, Gubernur di Basrah (Irak) di zaman pemerintahan Umar bin Khattab, pernah mengirim surat kepada Khalifah II itu, yang menyatakan bahwa ia telah menerima surat dari Khalifah yang tidak memakai tanggal. Hal ini dirasakan oleh khalifah sebagai sindiran halus tentang penanggalan (kalender) yang seragam, yang dipergunakan sebagai tanggal, baik di kalangan pemerintah maupun kepentingan umum.
Sindiran halus itu mendorong Khalifah Umar untuk memanggil stafnya untuk membicarakan dan memutuskan soal yang dianggap remeh sebelum itu. Tetapi satu-satunya sangat penting dan menentukan yaitu menetapkan penanggalan (kalender) Islam. Soal yang paling menarik dalam pembicaraan itu adalah : dari mana dimulai titik awal atau permulaan tahun baru Islam. Ada empat alternatif yang digunakan, yaitu, pertama dihitung dari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Kedua, dihitung dari wafatnya Rasulullah SAW. Ketiga, dihitung dari mulainya Rasulullah menerima wahyu. Keempat, dihitung dari hijrahnya dari Makkah ke Madinah. Usul yang keempat ini menurut catatan riwayat, dimajukan oleh Ali bin Abi Thalib, salah seorang dari staf Khalifah Umar bin Khattab yang termuda saat itu. Setelah didiskusikan secara mendalam, akhirnya disetujuilah usul supaya penanggalan (kalender) Islam yang akan ditetapkan itu dimulai dari tahun hijrahnya Rasulullah dan para Sahabat beliau dari Makkah ke Madinah, yang waktu itu masih bernama Yatsrib, dan kemudian menjadi Madinatul Munawarah, yang artinya kota yang memancarkan cahaya yang terang benderang.

tahun hijiriah dan tahun masehi
T ahun baru islam memang tidak dirayakan seperti tahun baru yang lain. Kenapa? Memang ‘gak nyambung’ kalo tahun baru hijriyah disambutnya dengan panggung musik di Monas seperti 8 hari yang lewat, yang konon dihadiri sedikitnya 2 juta orang -versi Indosiar- atau 3 juta menurut versi harian Kompas. Tahun baru Islam selayaknya diisi dengan bermuhasabah [menimbang dan menghitung perilaku], introspeksi atas segala yang telah kita lakukan setahun lewat untuk menjadi panduan menapaki tahun baru. Apa yang baik itulah yang perlu diteruskan dan ditingkatkan, yang buruk harus ditinggalkan dan segera minta maaf dan bertobat. Galibnya seperti penamaan dan penetapan tahun, Hijriyah mengacu pada peristiwa hijrahnya Rasululloh صل الله عليه وسلم Umar bin khotthob ra. mengambil momen bersejarah yang paling menentukan hidup-matinya Islam sebagai awal penanggalan Islam. Maka dikenallah sekarang dengan nama kalender hijriyah yang artinya kalender yang diawali dengan tahun hijrahnya Rasululloh صل الله عليه وسلم
memang pesan Islam mengajarkan tidak boleh berlebihan dan bersikap mubadzir dalam menyikapi setiap pergantian tahun. Sebab, secara substansial, pergantian tahun sesungguhnya adalah suatu pergantian biasa, tiada keistimewaan yang dibawanya. Meski demikian, biasanya pergantian seperti ini dapat dijadikan sebagai momentum tertentu untuk diberikan makna yang spesifik karena konteks historisnya.
Bagi masyarakat muslim,momentum pergantian tahun ini semestinya dapat dijadikan acuan untuk melakukan sesuatu yang lebih bermakna untuk negara kita yang sedang dalam perjalanan keluar dari krisis multidimensi. Karena itu,momentum pergantian ini setidaknya dapat sebagai forum mengaca diri dengan menganalisis secara tajam perjalanan dakwah sepanjang satu tahun yang telah lewat, khususnya peran umat Islam dalam keterlibatannya mengisi perjalanan sejarah bangsa ini.Sebagai mayoritas masyarakat Indonesia, umat Islam wajib menjadi penentu arah bangsa yang berkepulauan ini di masa depan.


doa awal tahun
Do’a Awal Tahun
Allah SWT berselawat ke atas penghulu kami Muhammad SAW, ahli keluarga dan sahabat-sahabat baginda dan kesejahteraan ke atas mereka.
Wahai Tuhan, Engkaulah yang kekal abadi, yang qadim. yang awal dan ke atas kelebihanMu yang besar dan kemurahanMu yang melimpah dan ini adalah tahun baru yang telah muncul di hadapan kami. Kami memohon pemeliharaan dariMu di sepanjang tahun ini dari syaitan dan pembantu-pembantunya dan tentera-tenteranya dan juga pertolongan terhadap diri yang diperintahkan melakukan kejahatan dan usaha yang mendekatkanku kepadaMu Wahai Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia.
Wahai Tuhan Yang Maha pengasih dari mereka yang mengasihi dan Allah berselawat ke atas penghulu kami Muhammad. Nabi yang ummi dan ke atas ahli keluarga dan sahabat-sahabatnya dan kesejahteraan ke atas mereka.


-
dari berbagai sumber-